KEBUMEN, KebumenPost.com – Masyarakat Desa Patemon, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, kembali menggelar tradisi tahunan kuda lumping sebagai bentuk syukuran menyambut datangnya bulan Suro dalam kalender Jawa. Acara yang digelar pada hari Sabtu, 12 Juli 2025 ini menjadi momentum sakral sekaligus hiburan rakyat yang dinanti-nantikan warga dari berbagai dusun.

Kuda lumping atau ebeg menjadi pusat perhatian dalam rangkaian kegiatan yang sarat makna spiritual dan kebudayaan. Dengan iringan gamelan dan tabuhan kendang, para penari yang sebagian besar adalah warga setempat menampilkan atraksi memukau, termasuk kesurupan dan makan beling, yang dipercaya sebagai bentuk penyatuan diri dengan leluhur serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Penampilan utama dibawakan oleh Paguyuban Kuda Lumping Turonggo Mudo, kelompok kesenian lokal yang telah lama aktif melestarikan budaya tradisional di wilayah Patemon dan sekitarnya. Dengan kostum mencolok dan gerakan khas, paguyuban ini berhasil menyuguhkan pertunjukan yang mengundang decak kagum sekaligus rasa haru dari para penonton.

Bapak Supri (43), seorang penjual cireng yang membuka lapak dagangannya sejak siang di lokasi acara, turut merasakan dampak positif dari pagelaran budaya ini. Ia menyebut bahwa momen seperti ini tidak hanya menghibur warga, tetapi juga membawa rezeki tambahan bagi para pedagang kecil.

“Alhamdulillah, dagangan saya laris. Sejak siang sudah ramai pembeli, apalagi saat pertunjukan dimulai. Saya sangat mendukung kalau acara seperti ini terus dilestarikan,” ujarnya

Sementara itu, Eni (35), salah satu warga yang datang menonton bersama keluarganya, mengaku sangat terhibur sekaligus terharu bisa kembali menyaksikan pertunjukan kuda lumping di desanya.

“Rasanya merinding melihat para penari kerasukan dan gerakan mereka yang begitu kompak. Ini bukan sekadar hiburan, tapi juga bentuk doa dan warisan budaya yang sangat berharga,” ungkapnya.

Acara ini juga diramaikan oleh partisipasi aktif para warga yang terlibat dalam penyelenggaraan, mulai dari penyediaan konsumsi, perlengkapan pentas, hingga pengamanan lokal. Anak-anak hingga orang tua tampak antusias menyaksikan jalannya pertunjukan, menandakan kuatnya ikatan sosial serta kecintaan terhadap tradisi yang telah berlangsung turun – temurun

Tidak hanya sebagai ruang spiritual, tradisi kuda lumping di bulan Suro juga menjadi ajang penguatan kebersamaan antarwarga, di mana nilai gotong royong dan kekeluargaan terasa begitu kental di setiap proses penyelenggaraannya.

Dengan tetap menjunjung nilai-nilai adat dan kearifan lokal, Desa Patemon menunjukkan komitmennya dalam merawat tradisi yang telah menjadi identitas kolektif masyarakat, sembari membuka ruang bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai warisan budaya nenek moyangnya. (KP/Nadia Putri Ramadhanti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com