KEBUMEN, KebumenPost.com – Desa Kebakalan telah menjalankan program kemitraan dengan UNS sejak tiga tahun terakhir, yang diawali dengan pemasangan listrik tenaga matahari (solar cell). Saat ini Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) UNS bermitra dengan Bumdes Kumolo Kebakalan, Karanggayam, Kebumen juga mengembangkan produk makanan lokal oyek. Baru baru ini Tim PKM UNS menyerahkan 1 set alat produksi oyek yang terdiri dari alat pengechip/pencacah/pemotong ubi dan alat pemeras (mesin press).

Penyerahan alat tersebut dilakukan pada bulan September 2022 lalu. Sementara pada tanggal 10 Oktober 2022 kemarin telah dilakukan monev oleh reviewer Dr. Edi Kurniadi, M.Pd. dari Dikti. Kegiatan monev juga dihadiri oleh sekretaris LPPM UNS Prof. Dr. Eng. Syamsul Hadi, S.T., M.T., Dr. Suhartono, M.Pd. selaku ketua tim pengabdi, Kepala Desa Kebakalan R. Wiwit Setiyawan Wijayanto, S.Sos., Ketua Bumdes Kumolo Kebakalan Tusimin Adi Susanto, dan anggota tim PKM.

Kegiatan serah terima juga disertai tes uji coba alat dengan memasukkan ubi sebagai bahan baku utama oyek untuk memastikan peralatan tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Edi Kurniadi, sebagai reviewer dari pihak Dikti dan LPPM UNS dalam kunjungan monevnya mengharapkan peralatan dapat bekerja sebagaimana mestinya, salah satu tolok ukur keberhasilan program kemitraan adalah kepuasan dari mitra itu sendiri

“Pengabdian masyarakat ini fokus kepada pembuatan salah satu alat yang dibutuhkan untuk proses produksi, yaitu alat pengepres agar proses produksi bisa lebih efisien dan higienis dan lebih modern. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi awal perbaikan proses produksi pangan olahan oyek menjadi produk yang berkualitas dan berstandar unggul sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran. Tidak menutup kemungkinan bahwa tujuan utamanya adalah menggerakan perekonomian dari warga Desa Kebakalan”, ungkap Edi Kurniadi Senin, 10 Oktober 2022.

Tim reviewer, tim pengabdi bersama Mitra Desa Kebakalan (foto : istimewa)

Sementara itu, Syamsul Hadi, Sekretaris LPPM UNS, yang membersamai kunjungan tersebut menekankan agar bantuan alat yang diberikan tersebut benar-benar dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat.

“Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan berupa pengembangan alat pengecip/pencacah dan press yang efisien dan higienis. Proses desain alat ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret. Kemudian, desain yang telah dibuat akan direalisasikan pembuatan juga di tempat yang sama. Pendampingan juga dilakukan mulai dari instalasi alat, pengoperasian alat dan perawatan alat,” terang Syamsul Hadi.

Suhartono selaku Ketua Tim pengabdi menjelaskan ada beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra: pertama, yaitu proses produksi oyek masih menggunakan cara yang tradisional yaitu pada proses penepungan, pemasakan, penggilingan, sampai packaging sehingga waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut relatif lama, dan tidak memiliki produktifitas yang tinggi, hanya skala kecil. Kedua, proses produksi masih manual sehingga tingkat higienitas hasil olahan tidak terjamin karena banyaknya campur tangan manusia di produk tersebut. Proses pengecipan /pencacahan dan pengepresan yang selama ini dijalankan rawan terkontaminasi dengan berbagai kotoran dan zat lain yang tidak diinginkan. Ketiga, yaitu sistem packaging yang ada masih sangat sederhana, tidak ada merk yang resmi atau branding yang dipunyai oleh produk oyek tersebut.

“Dari permasalahan permasalahan tersebut diharapkan dapat diberikan solusi konkret kepada mitra sehingga akan mendorong kemajuan dan peningkatan ekonomi masyarakat Desa Kebakalan,” harap Suhartono.

Kegiatan Monev oleh tim Reviewer Dikti (foto:istimewa)

Kepala Desa Kebakalan R. Wiwit Setiyawan Wijayanto, S.Sos menjelaskan bahwa Desa Kebakalan termasuk kategori desa miskin ekstrem yang berada di wilayah Kabupaten Kebumen bagian utara. Wilayahnya sebagian berupa pegunungan/perbukitan dengan masyarakat sebagian besar petani. Hasil pertanian selain padi adalah singkong. Produk olahan singkong yang yang menonjol adalah Oyek. Oyek sebagai makanan pokok pengganti nasi sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes karena rendah kalori.

Menurut Kades Wiwit, program kemitraan ini sangat berjasa dan bermanfaat untuk mendorong kemajuan dan peningkatan ekonomi masyarakat Desa Kebakalan. Pihaknya bersyukur dengan adanya program kemitraan ini sehingga diharapkan program kemitraan dapat terus berjalan hingga tahun-tahun berikutnya.

“Sejak datangnya peralatan produksi oyek ini, masyarakat yang memiliki perkebunan singkong untuk produksi oyek sangat antusias,” ungkapnya

Wiwit juga menambahkan bahwa dengan adanya program ini, masayarakat desa yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai peternak dan petani sangat terbantu. Namun, pihaknya juga menyatakan bahwa sampai saat ini, mesin belum dapat berjalan dalam satu waktu secara bersamaan mengingat besarnya daya voltase listrik yang dibutuhkan untuk menghidupkan mesin dalam serentak. Meskipun demikian, tim PKM dan pihak mitra sudah bersepakat untuk segera memasang aliran listrik agar peralatan produksi dapat segera digunakan demi kesejahteraan masyarakat sekitar. (KP/DR*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com