KEBUMEN, KebumenPost.com – Kerajinan Genteng di Desa Logede Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen merupakan salah satu produk yang diunggulkan untuk menopang ekonomi masyarakat. Untuk itu Pemerintah Desa berencana bakal mengembangkannya menjadi sebuah Destinasi Wisata Edukasi.

Kepala Desa Logede Imdad Durokhman SE mengatakan pengembangan desa wisata edukasi ini berawal dari melihat banyaknya masyarakat yang menjadi perajin genteng. Jika ini dikembangkan secara otomatis pasti perekonomian masyarakat akan meningkat. Terlebih pasca pandemi covid 19.

Sebagai langkah awal, Imdad mengaku telah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Pihaknya menargetkan di tahun 2022 rencana tersebut dapat terwujud.

‘’ Kita telah menjalin kerjasama dengan UNS. Harapanya tahun depan Wisata Edukasi pembuatan genteng bisa terwujud, dengan begitu Genteng produk Desa Logode bisa dikenal luas dan ekonomi masyarakat jauh lebih meningkat.’’ujarnya.

Disamping itu untuk mendukung desa edukasi wisata, pihaknya juga akan menyelengarakan pelatihan UMKM bagi masyarakat. Dimana semakin banyak masyarakat yang berdikari, maka kemandirian desa akan segera terwujud.

” Kedepan kita akan mencoba mengambangkan desa wisata, yang mana potensinya sudah ada seperti kerajinan genteng ini,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu perajin genteng Naryono (45) menuturkan permintaan genteng semakin hari kian meningkat. Bahkan ia mangku adanya pandemi tidak mempengaruhi permintaan pasar.

Naryono mengatakan, usahanya ini telah dirintas sejak tahun 2010 lalu. Dengan dibantu sekitar 8 orang pekerja, rata rata ia mampu memproduksi 800 hingga 900 genteng. Adapun jenis gentengnya yaitu magas dan plentong. Ia memastikan genteng hasil produksinya memiliki kualitas yang bagus dan kuat.

‘’ Untuk kualitas kita jamin, karna proses produksinya kita sangat teliti, mulai pemilihan bahan hingga sampai pembakaran kita jaga,’’ ucapnya.

Untuk mendapatkan bahan bakunya, Naryono mengaki mengambil dari tanah sawah yang dinormalisasi, milik warga di Kebumen, salah satunya di Kecamatan Sruweng. Dimana tanah yang diambil adalah tanah bagian atas saat musim kemarau.

” Tanah yang dipilih adalah tanah sawah, yang bersifat lembut dan tidak keras ini demi kualitas genteng yang dihasilkan,” Ucapnya.

Ia menambahkan Produk genteng yang dihasilkan telah terjual hingga luar Kebumen, seperti Semarang dan Jogjakarta hingga Bali. Sedangkan untuk harganya pun cukup terjangkau yakni Rp 1.800 perbuah untuk jenis magas dan Rp 1.700 untuk jenis plentong.

‘’ Pemasaran kita menggunakan media sosial dan juga teman yang berada di luar kota. Kadang ada juga yang datang langsung ke sini,’’ imbuhnya.

Naryono berharap perhatian pemerintah untuk mendukung para pelaku usaha kecil, khususnya dalam bidang permodalan. Dengan begitu produk genteng Kebumen bisa terus bertahan dan tidak hilang digerus majunya jaman.

” Harapannya kepada pemerintah agar permodalan kami dipermudahlah, agar UMKM di Kebumen bisa berasaing,” harapnya. (KP/Ham).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com